Kamis, 20 Januari 2011

TETAP TINGGAL DI DALAM DIA



MENGEMBALIKAN KEINTIMAN

“Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.” (Pengkotbah 5:2)

Beni baru saja menerima panggilan untuk wawancara kerjanya yang pertama. Sesuai nasehat dan tips dari sahabatnya ia pun melakukan beberapa macam persiapan. Ia memotong rambutnya agar terlihat rapi. Menggosok kemeja dan celana terbaik yang ia miliki. Menyemir sepatu, dan membeli map untuk membawa dokumen-dokumen yang diperluka.


Selain itu juga ia mengulang beberapa kalimat yang akan ia berikan terhadap beberapa pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan pewawancaranya. Dan semuanya ini ia lakukan untuk satu tujuan yaitu agar lamaran kerjanya bisa diterima. Ia menyadari bahwa kesalahan kecil bisa berakibat pada penolakan dan kegagalan.

Sahabat , bagaimana dengan kehidupan doa atau saat teduh kita saat ini? Apakah sering terasa hambar? Apakah sering merasa bahwa doa kita tidak didengar atau tidak mendapat jawaban? Apakah hanya tinggal rutinitas belaka? Masihkah ada kehangatan dan keintiman di dalamnya?

Doa dan saat teduh seharusnya dapat menjadi saat yang paling intim yang bisa kita miliki dengan Allah. Pengorbanan Yesus telah membukakan kita jalan agar kita bisa datang dan mendekat kepada Allah yang kudus. Namun sikap kita yang tidak tepat saat kita datang kepadaNya seringkali menjadi penyebab yang membuat kita gagal untuk membangun keintiman dengan Dia.


Belajar dari kisah Beni di atas, sama seperti seorang pelamar kerja, alangkah baiknya jika kita terlebih dahulu mempersiapkan diri dan berbenah saat kita datang menghadap Tuhan dalam doa. Pastikan kita tidak datang dengan kebenaran diri kita sendiri, pastikan kita telah mengakui dan membereskan dosa kita.


TETAP TINGGAL DI DALAM DIA

 “ Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya... “ (Yohanes 15:7)

George Mueller, raksasa iman yang hidup di Inggris di tahun 1800an, menulis di akhir hayatnya bahwa hampir 100% dari semua doa yang pernah dipanjatnya kepada Tuhan terjawab.

Mueller adalah seorang yang sangat teliti dalam membuat catatan, setiap hal yang ia pinta dari Tuhan akan ia catatkan.

Ia mengenal Tuhan selama 69 tahun dan 10 bulan dan dalam jangka waktu itu lebih dari 50,000 doanya yang terjawab.

Sebelum ia meninggal, ia menulis bahwa hanya satu dari semua doa di sepanjang hidupnya yang belum terjawab.

Dan doa itu adalah mengenai seorang yang Mueller doakan agar ia memberikan diri kepada Tuhan, saat Mueller meninggal pada usia 93 tahun, doa ini masih belum dikabulkan.

Tetapi setelah kematian Mueller, orang ini akhirnya bertobat dan memberikan diri kepada Kristus.

Jadi Mueller meninggal dunia tanpa mengetahui bahwa sebenarnya 1oo% dari semua hal yang pernah ia pinta dari Tuhan telah dikabulkan. Satu rekod yang saya kira sangat sulit untuk ditandingi.

Berdasarkan rekornya yang 100% kita harus menyimpulkan bahwa semua yang Mueller doakan itu pastilah sesuai dengan kehendak Tuhan.

Janji Tuhan adalah semua permintaan kita pasti akan Ia kabulkan jika kita meminta menurut kehendak-Nya.

Hal ini jelas tertera di 1 Yohanes 5:14, Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya...

Berarti jika kita meminta sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya, doa kita 100% akan dikabulkan. Itu janji dan jaminan yang telah diberikan dalam Kitab Suci.

Sahabat , biarlah kita selalu intim dengan Dia, tinggal di dalam Dia dan Dia dalam kita melalui doa dan firmanNya.

SOMETHING DIFFERENT

“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (Markus 1:35)

Berawal dari keterpaksaan untuk datang ke gereja demi mendapatkan nilai agama malah membuat saya mendekat kepada Tuhan.

Sejak kecil saya sudah sering ikut ke gereja tapi hanya sekedar ikut-ikutan bila tidak ada yang mengajak maka saya pun tidak pergi ke gereja.

Namun karena saya sekolah di negeri dan di sana belum ada guru Agama Kristen, maka setiap semester saya harus minta nilai ke gereja, dari situlah saya merasa perlu ke gereja.

Ketika saya mulai serius untuk datang ke gereja, saya mendapatkan bimbingan dari salah seorang kakak rohani.

Dia mulai membimbing saya untuk melakukan saat teduh secara teratur setiap hari, di situlah pertama kalinya saya mengenal saat teduh.

Saya diajarkan setiap pagi untuk bangun lebih awal untuk berdoa, memuji Tuhan, membaca Alkitab dan merenungkannya.

Ketika saya mulai melakukannya saya merasakan ada kekuatan spiritual yang membuat saya lebih mampu mengontrol diri dalam bertingkah laku.

Waktu itu saya masih kecil, masih duduk di bangku SMP namun saya bisa merasakan kedekatan dengan Tuhan melalui aktivitas saat teduh yang saya lakukan setiap hari dan sensasinya masih bisa saya rasakan sampai saat ini.

Tepat, apa yang Tuhan Yesus lakukan. Tuhan Yesus bangun pagi-pagi sekali sewaktu murid-muridnya masih terlelap, pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa, disanalah Dia berkomunikasi dengan Bapa. Mengawali hari dengan berdoa dan membaca Firman Tuhan akan menghadirkan suasana yang berbeda, atmosfer yang membuat kita bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam sepanjang hari yang kita lewati.

SEPERTI YANG BIASA DILAKUKANNYA

 “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya.
Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. “ (Daniel 6:11)

Mendengar bunyi suara motor saya segera anak kami berteriak “Hore... Papa pulang!” Satu hal yang terbersit dalam benak saya bagaimana seorang anak kecil dapat membedakan suara orang lain dengan suara motor papanya?

Padahal jenis motor yang saya pakai banyak juga dipakai orang lain. “Aku kenal suara motor Papa,“ demikianlah ketika ditanya mengapa dia tahu kalau itu suara kendaraan roda dua papanya.

Anak kecil itu 'membiasakan' diri mengenal suara motor papanya sehingga ia tahu persis dan dapat membedakannya dengan suara motor lain.

‘Mengenal’ merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu dan harus hidup di dalam kebersamaan yang cukup lama.

Apa yang dilakukan Daniel seperti ayat yang tertulis di atas adalah proses pengenalan Tuhan yang secara rutin dilakukannya. Inilah rahasia besar dari kehidupan Daniel sehingga mendapat kasih karunia dari Tuhan.

Banyaknya aktifitas gerejawi Anda bukanlah alat penentu, namun seberapa kita mengenal dan dikenal Tuhan itulah tolok ukur kedalaman kerohanian seseorang.

Membangun keintiman dengan Tuhan harus dilakukan secara rutin setiap hari dengan memberikan jam terbaik dalam hidup kita, karena DIA sudah memberikan yang terbaik bagi kita.

Bagaimana dengan aktifitas persekutuan kita kepada Tuhan? Apakah kita sudah memiliki jam-jam doa yang rutin untuk mengenal pribadi Tuhan Yesus? Sudah berapa kalikah kita membaca Alkitab, Kejadian - Wahyu, hingga selesai?

Pertanyaan yang menjadi bahan instrospeksi diri di hadapan Tuhan. Mari kita lupakan masa lalu yang mungkin kurang berkenan dihadapanNya dan sekarang mengambil komitmen hidup lebih baik diawal tahun 2011 ini. Tuhan Yesus memberkati komitmen Andi.

KERINDUAN KEPADA BAPA

“Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya,..: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”(Lukas 10:39,42b)

Peter seorang anak yang memiliki kedekatan yang mendalam dengan bapaknya. Ia selalu merindukan kehadiran bapaknya.

Bila bapaknya tidak ada di rumah, yang ditanya adalah kapan bapaknya pulang. Ketika bapaknya ada di rumah dia terus mengajak ngobrol.

Suasana menjadi begitu hangat karena ada bapa yang menemani. Rasanya ada pelindung yang membuat tenang dan tentram.

Suatu kali bapaknya harus bertugas sebagai tentara ke luar pulau. Setiap hari yang ditunggu adalah kabar berita dari bapaknya. Dan ketika surat datang dari bapaknya, dia cepat-cepat membukanya dan langsung membacanya.

Pesan-pesan itu dia baca berulang-ulang. “Nak, jadilah anak yang penurut ya, rajin belajar, baik-baiklah dengan teman-temanmu, bapa sungguh-sungguh merindukanmu, bapak ingin segera bertemu denganmu.”

Peter senang sekali karena janji bapaknya akan segera pulang; dia sudah membayangkan setiap hari akan bersama-sama terus dengan bapaknya.

Dia berusaha melakukan seperti yang bapaknya pesankan. Dia begitu rajin belajar, mematuhi perintah-perintah ibunya, berlaku baik kepada teman-temannya dan dia pun menyurati bapaknya dan mengatakan, ”Bapak, segera pulang! Ya, aku merindukanmu.”

Sahabat , bukankah Bapa kita pun rindu untuk selalu berkomunikasi dengan kita? Setiap hari Bapa menunggu anak-anakNya berbicara kepadaNya kalau mungkin bisa lebih lama setiap harinya.

Bapapun ingin surat-suratNya dibaca 
berulang-ulang agar kita tetap menaruh harapan akan janji-janjiNya. Bagaimana dengan Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar