HIDUP GAYA SUKACITA
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Amsal 17:22)
Dr. Ashley Montagu bertemu dua orang laki-laki muda beberapa waktu setelah berakhirnya Perang Dunia II. Selama dua tahun, mereka berada di Auschwitz, kamp penyiksaan zaman Nazi. Sebelum pergi ke Auschwitz, mereka tinggal di Wina di sebuah gudang bawah tanah di mana mereka disembunyikan di sana oleh teman-teman Kristen mereka. Bersama-sama dengan mereka berdua di gudang bawah tanah itu adalah orang-orang Yahudi yang akhirnya terbunuh. Sesudah perang usai, kedua orang ini berjalan dari Wina ke Berlin berharap bertemu dengan sanak saudara mereka. Di sana, mereka bertemu dengan seorang tentara Amerika berkebangsaan Yahudi yang kemudian membawa mereka berdua ke Amerika.
Keduanya berkeinginan menjadi dokter, dan itu sebabnya mengapa Dr. Montagu, seorang profesor di sebuah sekolah kedokteran, bertemu dengan keduanya. Karena tidak sedikitpun terlihat goresan kepahitan di wajah mereka akibat pengalaman buruk masa lalu, Dr. Montagu kemudian bertanya mengapa mereka dapat menjadi orang yang sedemikian bersukacita.
Mereka menjawab, “Kami sudah bertekad meski apa pun juga yang menimpa kami, hal itu tidak akan membuat kami menyerah.” Mereka bercerita kalau mereka berusaha selalu bersukacita dalam segala keaadaan mereka, tidak pernah mengeluh untuk setiap keadaan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar