Rabu, 18 Mei 2011

                                                GENGSI 


" ADUCHHHH...GENGSI AMAT SI  LOE ...

GELENG ~ GELENG achhh..heheheeee:p hahahahhhhh...:p

Amsal 12: 9 Lebih baik menjadi orang kecil, tetapi bekerja untuk diri sendiri, dari pada berlagak orang besar, tetapi kekurangan makan.

Seorang sahabat saya pernah berseloroh demikian “Biar miskin asal gengsi”.  Saat kami mendengar selorohnya, kami tertawa. Dan bertanya pada dia apa maksudnya ? lalu ia bercerita demikian, ada seorang temannya yang selalu saja ingin dipandang sebagai orang yang beruang (memiliki uang banyak). Ia tidak pernah mau kalah terhadap tetangga dan teman lainnya. Jika seorang temannya memiliki handphone baru, maka ia juga memaksakan diri untuk membelinya selang beberapa hari kemudian. Padahal penghasilannya sangat kurang. Ia lebih baik memberi makan keluarganya tanpa lauk-pauk asal dapat tampil selaras dengan teman-teman lain. Padahal semua temannya tidak pernah meremehkan dia dengan keberadaannya, justru teman-temannya banyak membantunya. Inilah yang dinamakan “gengsi”.  Gengsi  dialami oleh orang yang tidak dapat mensyukuri berkat yang diterimanya. Gengsi adalah salah satu bentuk kesombongan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang hidup dalam gengsinya, akan hancur oleh karena terjerat sendiri. Berapa banyak orang tidak dapat melunasi tagihan kartu kreditnya oleh karena terjerat gengsi dengan membelanjakan di luar batas kewajaran sebab ingin bersaing dengan orang lain. Berapa banyak orang justru menjadi terlihat bodoh  karena ingin dianggap pandai dan bijak oleh orang sekelilingnya. dll

Hidup sengsara oleh karena sebuah “Gengsi” adalah pilihan orang yang tidak mengenal Tuhan.  Sebab kesombongan adalah milik iblis. Tuhan mengajarkan kita rendah hati, sebab IA rendah hati. Jadi jika kita mengaku bahwa kita adalah anak-anak Tuhan, namun kita masih hidup dalam dosa kesombongan yang berwujud ‘GENGSI’. Pertanyakanlah pada diri sendiri, siapa yang kita ikuti?
Kiranya kita semua masing-masing mau mengoreksi diri untuk segera bertobat melepaskan ‘GENGSI’
Amin.

tante mimin:)
by.rona fransisca djoe

                                    Hello Remaja ...

                              CINTA & PACARAN

CINTA

Menurut Josh McDowell (1996), kebanyakan remaja tidak memahami makna cinta (love) dan sekedar menafsirkannya menurut pandangan-pandangan yang sedang populer. Pada kehidupan modern, berkembang pandangan-pandangan seperti:
  • Cinta itu sama dengan nafsu birahi
  • Cinta itu sama dengan romantisme
  • Cinta itu sama dengan hubungan bergairah antara laki-laki dengan perempuan dalam kehidupan bersama untuk jangka pendek.
  • Cinta itu sama dengan seks
Hubungan cinta antara pria dan wanita dalam kehidupan remaja sering hanya diartikan seperti itu. Hal itu semakin menjadi-jadi ketika kebudayaan populer (termasuk musik, film, dst) memberikan gambaran-gambaran yang seolah meneguhkan kebenarannya. Konsep cinta yang seperti itu yang sering membuat remaja terjatuh dalam dosa-dosa kenajisan dan perzinahan.

PACARAN
    
Ketika konsep tentang cinta tidak kudus maka remaja akan terjerumus dalam gaya berpacaran yang tidak kudus pula. Pada dasarnya perilaku manusia selalu bertolak dari pemikiran atau gagasan tertentu. Ketika gagasan itu tidak benar maka perilakunya juga tidak benar.

Sekarang sering dijumpai remaja melakukan pacaran yang berbasis aktifitas seksual, mulai dari pelukan ringan sampai hubungan seksual yang beresiko kehamilan di luar nikah. Josh McDowell (1996, hal 126) mengklasifikasi perilaku seksual dalam pacaran remaja sebagai berikut (dari yang ringan sampai yang berat):

  • Necking
    • Holding hands
    • Hugging
    • Casual kissing (peck kissing)
    • Prolonged kissing
  • Petting
    • French kissing (including last stages of necking – ears, neck, etc)
    • Breast covered
    • Breast bared
  • Heavy Petting
    • Genitals covered
    • Genitals bared
    • Oral sex
    • Genital to genital
    • Intercourse
                       PERTUMBUHAN ROHANI
 
DEWASA JASMANI DAN DEWASA ROHANI

Manusia mempunyai tubuh jasmani dan tubuh rohani. Eksistensi tersebut membuat manusia bisa mengalami hal-hal berikut ini
  • Ada kelahiran jasmani, yaitu saat manusia (bayi) keluar dari rahim ibunya. Namun ada pula kelahiran baru secara rohani, yaitu ketika manusia mengundang Yesus dalam hatinya sehingga ia menjadi ciptaan baru (Yoh 3:5-6).
  • Ada kedewasaan jasmani dan ada pula kedewasaan rohani. Jemaat di Korintus disebut Paulus sebagai belum dewasa secara rohani (1 Kor 3:1).
  • Ada pertumbuhan jasmani di mana semakin lama manusia semakin tua, dan ada pertumbuhan rohani. Keduanya tidak selalu berjalan seiring. Penulis Ibrani menegur, ”Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.
  • Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari yang jahat” (Ibr 5:12-14). Jadi, ada kanak-kanak secara jasmani dan ada kanak-kanak secara rohani. Orang yang sudah tua secara jasmani belum tentu sudah dewasa secara rohani. Sebaliknya, ada orang yang masih muda namun sudah dewasa secara rohani.

KESELAMATAN

Titik awal pertumbuhan rohani adalah saat manusia diselamatkan karena percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.
Pada tahap ini manusia mengalami “kelahiran baru” (born again).

Istilah lahir baru berasal dari kata Yunani, genethe anothen yang berarti dilahirkan baru (Yoh 3:3, 5). Arti teologisnya adalah aktivitas Roh Tuhan yang memberikan kodrat baru kepada seorang berdosa karena ia telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. 

Kita yang percaya kepada Yesus menjadi ciptaan baru, hakikat baru dengan kapasitas dan keinginan baru yang menyenangkan Bapa (2 Kor 5:17). Alkitab menegaskan, ”Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan kekal” (1 Ptr 1:23).

Dengan demikian, orang yang baru percaya kepada Kristus adalah seorang “bayi rohani”. Selanjutnya, ia terus bertumbuh dalam kerohanian sampai mencapai tahap dewasa secara rohani. 

Ada yang pertumbuhannya lamban dan ada yang cepat, tergantung dari penyerahan diri dan kerinduan untuk bertumbuh itu sendiri.
Jika seorang remaja bertobat kepada Kristus maka ia dijadikan ciptaan baru. Ia segera menjadi bayi rohani yang terus akan bertumbuh. 

Sementara itu, orang tua yang sudah banyak umurnya, jika kekritenannya sekedar nominal (“Kristen KTP”) maka sesungguhnya ia masih berupa “janin rohani” yang dikandungkan Roh Kudus. Karena itu si remaja yang sudah lahir baru itu bisa jauh lebih dewasa secara rohani. Sementara si orang yang sudah tua tadi lahir baru saja belum.

PENGKUDUSAN

Keselamatan dan pertumbuhan rohani pada dasarnya adalah proses pengkudusan atau penyucian (sanctification). Manusia semua berdosa. Perbuatan baik dan usaha pendisiplinan hidup tidak bisa merubah status dan kodratnya sebagai orang berdosa. 

Namun begitu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, status atau posisi kita adalah orang kudus di mata Tuhan. Inilah yang disebut penyucian secara posisi (positional sanctification). 

Dasar penyucian itu adalah kematian Yesus (Ibr 10:10, 14). Meskipun secara de fakto orang percaya masih jatuh bangun dalam dosa, tetapi karena percaya pada Kristus maka ia disebut orang kudus seperti pada kasus orang-orang Kristen di Korintus (1 Kor 1::2).

Pertumbuhan rohani manusia dimulai dari saat ia dikuduskan secara posisional karena menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Selanjutnya, ia harus mempersembahkan kekudusan hidup secara terus-menerus (Rom 12:1-2). Ia harus berusaha untuk mengejar kekudusan. Ini adalah proses kekudusan yang terus-menerus harus diupayakan (progresive sanctification).

Jika seorang remaja merindukan pertumbuhan rohani, ia harus sadar bahwa pertumbuhan rohani itu sama dengan penyucian hidup yang dimulai sejak dilahirkan baru. Kemudian remaja Kristen juga harus tahu bahwa dirinya wajib mengejar hidup kudus itu sendiri sebagai proses yang terus-menerus (progresive sanctification).

KARYA ROH KUDUS

Namun, orang berdosa pada dasarnya sudah rusak total (total depravity) sehingga tidak mungkin memperbaiki diri sendiri dengan kekuatannya sendiri. Demikianlah pertumbuhan rohani dan penyucian tidak bisa dilakukan dengan usaha-usaha dan rekayasa-rekayasa manusia.

Hanya oleh Roh Kudus sajalah manusia bisa dipulihkan dan bertumbuh ke arah Kristus. Hal itu berbicara tentang bagaimana Roh Kudus bekerja secara supranatural mengubahkan manusia menjadi bertumbuh ke arah Kristus.

Pertumbuhan rohani orang percaya terjadi karena dua hal. Pertama, tindakan orang percaya itu sendiri untuk bertumbuh. Tuhan tidak pernah memaksa atau menjadikan kita robot.
Tuhan memperhadapkan kita pada berkat dan kutuk serta memberikan kita kebebasan untuk memilih (Ul 30:19). Paulus mendorong kita untuk bertumbuh: untuk mempersembahkan hidup (Rom 12:1) dan untuk mengejar kesucian (2 Tim 2:21).

Kedua, pertumbuhan terjadi karena karya Roh Kudus dalam diri manusia. Karya Roh Kudus dalam diri manusia, tahapan-tahapannya adalah, pertama, meyakinkan (convicting) manusia akan dosa, hukuman, dan keselamatan (Yoh 16:8-11). Kedua, Roh Kudus melahirkan kembali sehingga manusia percaya mendapatkan kodrat baru (Tit 3:5).

Ketiga, Roh Kudus membaptiskan orang percaya (1 Kor 12:13). Keempat, Roh Kudus memeteraikan (2 Kor 1:22). Kelima, Roh Kudus mendiami orang percaya (1 Kor 6:19). Keenam, Roh Kudus memenuhi orang percaya (Ef 5:18).

Roh Kuduslah yang membuat kita memiliki buah-buah Roh – kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-25).

Dengan demikian, semakin dipenuhi Roh Kudus maka orang percaya semakin menjadi seperti Kristus. Pertumbuhan itu terjadi karena Roh Kudus memberikan kekuatan supranatural yang mengubahkan mental, karakter, dan kepribadian manusia yang sebelumnya telah rusak total (total depravity).

PELEPASAN

Mengapa sering ditemui kasus manusia melakukan dosa terus menerus dan tidak mampu untuk bertobat? Hal itu terjadi karena ada ikatan roh-roh jahat. Ketika seseorang dibelenggu oleh ”roh perzinahan” misalnya, ia akan selalu terdorong untuk berbuat zinah. 

Bahkan sekalipun sudah selalu diingatkan, ditegur, dan dibina dalam lingkungan gereja, masih tetap sulit untuk berubah. Hal itu karena masih ada ikatan roh-roh jahat yang membelenggu dirinya.

Solusinya adalah didoakan secara khusus supaya terbebas dari ikatan roh-roh jahat itu. Tentang pelayanan pelepasan (pelayanan pengusiran setan) bisa dipelajari di blog www.pelayananpelepasan.wordpress.com

KOMUNITAS PERTUMBUHAN

Untuk memaksimalkan pertumbuhan rohani, remaja Kristen membutuhkan lingkungan pergaulan rohani yang mendukung. Hal itu penting sebab remaja pada umumnya sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan. Sedangkan Alkitab sendiri menegaskan kebenaran bahwa ”pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Kor 15:33).

Lingkungan pergaulan di gereja lokal semestinya menjadi lingkungan sosial yang rohani yang kondusif bagi pertumbuhan rohani para remajanya.

Gereja lokal perlu membentuk kelompok-kelompok sel remaja yang anggotanya adalah para remaja yang sudah dilahirkan baru dan dibina untuk terus bertumbuh. Ketika gereja merupakan kumpulan orang-orang yang tidak rohani maka tidak akan memacu pertumbuhan rohani masing-maging anggotanya.

Namun harus diingat supaya remaja Kristen tetap memiliki pergaulan yang luas dengan masyarakat di luar kekristenan. Jangan sampai komunitas gereja menjadi zona eksklusif yang membuat remaja mejadi menarik diri dari kehidupan masyarakat.

PEMBIMBINGAN ROHANI

Jika ada tubuh jasmani dan ada tubuh rohani, ada pula kakak atau ayah jasmani dan ada kakak atau ayah rohani. Idealnya kakak kandung dan ayah kandung adalah bertindak pula sebagai kakak dan ayah rohani.

Namun pembimbingan rohani dapat pula terjadi di antara orang-orang yang tidak berhubungan darah. Sebagai contoh adalah antara Timotius (anak rohani) dan Paulus (ayah rohani). Pembimbingan rohani bagi para remaja Kristen sangat diperlukan.

PENDIDIKAN ROHANI KHUSUS (PAKREMAJA)

Dalam pembimbingan atau pembinaan itu, perlu diadakan pendidikan Kristen (PAK = Pendidikan Agama Kristen) khusus untuk remaja. Hal itu penting sekali sebab masalah-masalah remaja sangat spesifik.

Di dalam konteks gereja, remaja semestinya menjadi segmen pembinaan tersendiri. PAK yang diberikan untuk remaja tidak bisa sama dengan yang diberikan untuk anak-anak atau untuk pemuda, apalagi untuk orangtua.

PAK remaja dapat dikembangkan dari masalah (kebutuhan) yang dialami atau dihadapi oleh para remaja, misalnya:
  • Psikologi remaja ditinjau dari Alkitab
  • Masalah love-sex-dating
  • Masalah kecanduan-kecanduan, termasuk narkoba
  • Masalah kenakalan remaja
  • Pertumbuhan rohani remaja
  • Panggilan pelayanan remaja
PAK remaja harus diarahkan untuk pertumbuhan rohani. Hal itu berarti jangan hanya bersifat pengetahuan umum. Jangan pula sekedar menambah wawasan Alkitab. Namun harus merupakan pendidikan yang memotivasi para remaja untuk benar-benar bertobat dan bertumbuh secara praktis.

                SEKSUALITAS REMAJA

HAWA NAFSU

Saat memasuki masa remaja, manusia mengalami kematangan seksual. Pertumbuhan fisik yang cepat dan mulai berfungsinya organ-organ seks secara maksimal membangkitkan kegairahan seksual yang luar biasa. Itulah sebabnya hawa nafsu remaja begitu berkobar-kobar. Jika tidak dikendalikan akan menjadi perilaku-perilaku seksual yang berbahaya.
Menurut McDowell (1996), berkobarnya hawa nafsu remaja juga disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut

  • Perubahan hormonal yang cepat
  • Pengaruh lingkungan yang buruk
  • Rasa ingin tahu yang besar akan hal-hal seksualitas
  • Usaha untuk mencari jati diri
  • Usaha untuk mencoba sebuah hubungan intin antar lawan jenis

ONANI DAN MASTURBASI

Menurut Concise Oxford English Dictionary, masturbation (untuk pria onani) adalah tindakan to stimulate one’s genitals with one’s hand for sexual pleasure.(merangsang alat kelamin dengan tangan sendiri untuk mendapatkan kepuasan atau kesenangan seksual). Tentunya masturbasi bisa dilakukan dengan banyak variasi.

Menurut riset Alfred Kinsey sebagaimana dikutip McDowell (1996), 93 persen pria dan 62 persen wanita pernah melakukan masturbasi. Survei yang dilakukan Universitas Chicago dan New York Times atas 3.423 orang Amerika yang berusia antara 18 tahun sampai 59 tahun menunjukkan bahwa 60 persen pria dan 40 persen wanita pernah melakukan masturbasi.
Penyebab remaja melakukan masturbasi menurut McDowell (1996) adalah

  • Perubahan psikologis remaja
  • Kurangnya pendidikan seksual

PORNOGRAFI

Menurut Concise Oxford English Dictionary, pornography adalah printed or visual material intended to stimulate sexual excitement (cetakan atau materi visual yang bersifat merangsang kenikmatan seksual). Variasinya banyak sekali, apalagi dengan adanya teknologi internet.
Pornografi berkembang sangat pesat seperti beberapa informasi yang didaftarkan McDowell (1996, hal 271) berikut ini:

  • Menurut U.S. Senate Judiciary Committee, jumlah buku-buku porno (adult bookstores) lebih banyak daripada restoran-restoran McDonald
  • Pada 1995, Carnegie Mellon University di Pittsburg, Pennsylvania menemukan lebih dari 1 juta tayangan pornografi yang bersifat online
  • Menurut riset Dr. Jennings Bryant  atas 600 remaja ditemukan bahwa 91 persen pria dan 82 persen wanita pernah melihat atau menikmati pornografi
  • Dalam sebuah survey atas 3.765 remaja aktivis gereja, ternyata 1 dari 6 orang di antara mereka pernah menikmati pornografi

Menurut McDowell (1996), penyebab remaja jatuh dalam pornografi adalah

  • Rasa ingin tahu yang sangat besar
  • Obsesi
  • Dehumanisasi seks. Penulis Alexandra dan Vernon H. Mark mengatakan, ”One answer is that sex…has been dehumanized. It is not regarded as a loving, responsible relationship, but as a sport, and in that light it is not surprising that intercourse and the sexual organs should be thought to be fit for viewing.

Akibat dari keterlibatan dengan pornografi adalah (McDowell, 1996, hal 272)

  • Remaja mengalami ketagihan seksual
  • Remaja melakukan penyimpangan perilaku seksual. Dua pertiga pria dan 40 persen wanita penikmat pornografi cenderung ingin mempraktekkan perilaku seks seperti apa yang ditontonnya itu.
  • Remaja tidak menghormati harkat dan martabat kaum wanita
  • Remaja mempunyai pengharapan yang tidak realistic
  • Remaja merasa bersalah, malu, dan takut

HUBUNGAN SEKS PRANIKAH

Mengenai kasus-kasus hubungan seks pranikah di kalangan remaja, Josh McDowell (1996) mencatat data-data riset sebagai berikut.

  • Menurut riset George Barna, hanya 23 persen dari generasi pasca generasi bom bayi (baby boomer generation = generasi yang lahir setelah Perang Dunia II) yang mengaku masih jejaka/perawan sebelum menikah.
  • Sebanyak 47 persen bayi yang lahir sampai tahun 1992 lahir dari ibu yang tidak menikah
  • Menurut riset New York Times, 3/4 kaum wanita telah melakukan hubungan seks pranikah sejak masa remaja mereka dan 15 persen di antaranya melakukan hubungan seks dengan 4 atau lebih teman kencan
  • Semakin hari orang semakin dini melakukan hubungan seks pra nikah
    • Pada tahun 1960, rata-rata remaja pertama kali melakukan hubungan seks pranikah pada usia 19 tahun
    • Pada tahun 1990, rata-rata remaja pertama kali melakukan hubungan seks pranikah pada usia 17 tahun
  • Menurut riset Dr. Liana Clark, 27 persen remaja melakukan hubungan seks pranikah pada usia 18 tahun

Bagaimana dengan perilaku seksual para remaja aktivis gereja? Menurut riset yang dilakukan Josh McDowell dan Bob Hostatler sebagaimana dicantumkan dalam McDowell (1996, hal 281) ditemukan fakta perilaku seks remaja gereja usia 17-18 tahun sebagai berikut:

  • 95 persen berpacaran dengan bergandengan tangan
  • 86 persen berpacaran dengan melakukan pelukan
  • 74 persen berpacaran dengan melakukan french kissing (a kiss with contact between tongues – Concise Oxford English Dictionary)
  • 55 persen berpacaran dengan meraba-raba buah dada
  • 44 persen berpacaran dengan meraba-raba alat kelamin
  • 27 persen berpacaran dengan melakukan hubungan seksual

Menurut Josh McDowell (1996), ada beberapa penyebab remaja melakukan hubungan seks pranikah yaitu
  • Pendidikan yang salah
  • Pendidikan seks yang kurang atau salah
  • Hubungan-hubungan sosial yang salah
  • Pacaran yang terlalu dini
  • Tekanan dari teman-teman remaja yang lain
  • Kecanduan obat terlarang
  • Keinginan mempunyai anak

KEHAMILAN YANG TIDAK DIHARAPKAN
 
Resiko melakukan hubungan seks pranikah adalah kehamilan yang tidak direncanakan. Menurut McDowell (1996), kehamilan tak direncanakan menyebabkan hal-hal berikut
  • Penolakan
  • Ketakutan
  • Rasa bersalah
  • Rasa malu
  • Penyesalan mendalam
Untuk menghindari kehamilan yang tak direncanakan itu, remaja melakukan hubungan seks dengan memakai alat-alat kontrasepsi sebagai berikut (riset Family Planning Perspectives vol 18, Sept-Okt 1986)

  • Remaja usia di bawah 18 tahun melakukan hubungan seks dengan kontrasepsi jenis pil (11 persen), IUD (10,5 persen), kondom (33,9 persen), diafragma (31,6 persen), spermicides (34 persen)
  • Remaja usia 18-19 tahun melakukan hubungan seks dengan kontrasepsi jenis pil (9,6 persen), IUD (9,3 persen), kondom (16,3 persen), diafragma (28,3 persen), spermicides (34 persen)

ABORSI

Kehamilan di luar pernikahan yang tidak direncanakan menyebabkan remaja melakukan abosti (abortion). Berikut adalah data yang dikumpulkan Josh McDowell (1996) berkenaan dengan masalah aborsi di Amerika Serikat
  • Menurut riset Guttmacher Institute, 1 dari  remaja yang mengalami hamil di luar nikah memilih melakukan aborsi
  • Tiap tahun, 50 persen dari 1 juta remaja AS yang hamil di luar nikah melakukan aborsi
  • Menurut Dr. M. Balfin, kasus aborsi yang dilakukan remaja di AS paling besar di seluruh dunia
  • Di Amerika Serikat ada 4.000 kasus aborsi setiap hari
  • Di Kanada ada 70.000 kasus aborsi setiap tahun
  • Di Inggris ada 180.000 kasus aborsi setiap tahun
Menurut McDowell (1996), perilaku aborsi dilakukan remaja karena faktor-faktor sebagai berikut:
  • Krisis seksualitas dalam kehidupan remaja
  • Ketersediaan sarana dan prasarana (fasilitas) untuk melakukan aborsi

                    KECANDUAN-KECANDUAN

ALKOHOLISME

Josh McDowell (1996, hal 391) mencatat beberapa data tentang kasus-kasus kecanduan alcohol di Amerika Serikat sebagai berikut:
  • Anak-anak SMU dan alcohol
    • 90 persen mengaku kadang-kadang minum alcohol
    • 67 persen mengaku minum alcohol dalam sebulan terakhir
    • 38 persen mengaku minum minimal 5 kali berturut-turut dalam 2 minggu terakhir
  • 36 persen anak usia 9-10 tahun mengaku ditekan/dipaksa kawan-kawan sebayanya untuk minum alcohol
  • Menurut National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism di AS ada 3,3 juta remaja pecandu berat alcohol
Menurut McDowell (1996) ada beberapa penyebab remaja kecanduan alcohol yaitu
  • Penyebab-penyebab fisiologis di mana pada orang-orang tertentu ada kecenderungan untuk membutuhkan alkohol
  • Latar belakang seperti
    • Orangtua yang memberi contoh yang buruk
    • Perilaku orang tua yang buruk
    • Lingkungan social yang buruk
Beberapa dampak buruk dari kecanduan alcohol pada remaja
  • Penderitaan fisik dan mental
  • Kebingungan dan disorientasi mental
  • Tidak bisa mengontrol diri
  • Depresi
  • Menilai rendah diri sendiri
  • Distorsi kepribadian
  • Rasa bersalah dan malu
  • Kekecewaan
  • Penyesalan yang mendalam
MASALAH NARKOBA

Masalah narkoba di Indonesia sudah parah. Menurut catatan Amir dan Imran (2007), Negara merui Rp 65 miliar per hari atau sekitar Rp 23,6 tirliun per tahun akibat penyalahgunaan narkoba. Secara keseluruhan perkembangan kasus narkoba terus naik dari tahun ke tahun:
  • Dari 1998 sampai 1999 naik 91,33 persen (dari 958 perkara menjadi 1.833 perkara)
  • Dari 1999 sampai 2000 naik 92 persen (dari 1.833 perkara menjadi 3.478 perkara)
Penyalahgunaan narkoba itu sendiri didefinisikan sebagai penggunaan narkoba di luar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter, dan merupakan perbuatan melanggar hukum (Pasal 59 UU No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika; Pasal 84, 85, 86 UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika)
Cara penggunaan narkoba ada beberapa macam:
  • Ditelan
  • Disuntikkan dengan jarum
  • Dihisap seperti merokok
  • Disebut melalui hidung
Masalah kecanduan narkoba
  • Penggunaan narkoba berulangkali akan menimbulkan ketagihan / kecanduan / ketergantungan
  • Ketergantungan itu akan menimbulkan gejala putus obat (sakaw) yaitu rasa sakit dan menderita luar biasa jika kebutuhan mengkonsumsi narkoba tidak dipenuhi
Beberapa jenis narkoba (Amir dan Imran, 2007, hal 30-35)
  • Narkotika = zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang menyebabkan (1) penurunan kesadaran, (2) hilangnya rasa, (3) menghilangkan rasa nyeri, (4) menimbulkan ketergantungan. (UU No 22 tahun 1997). Narkotika mencakup:
    • Alkohol
    • Nikotin
    • Morfin = alkaloida berupa serbuk putih dalam opium. Merupakan bahan analgesik yang kuat.
    • Opium = getah dari kotak biji tumbuhan yang belum matang dari tumbuhan Papaver somniferum L. Opium mentah mengandung 4 persen sampai 21 persen morfin
    • Opioida = zat alamiah, semi sintetik yang mempunyai khasiat farmakologi mengurangi dan mematikan rasa nyeri (analgesik)
    • Codein = alkaloida dalam opium sebesar 0,7 persen sampai 2,5 persen
    • Heroin/Putaw = disebut juga diacetilmorfin, yaitu opioida semi sintetik berupa serbuk putih berasa pahit. Dalam penjualan sering dicampur dengan gula, tepung susu, coklat, dll dengan kadar sekitar 24 persen
    • Metadon = opioida dintetik yang lebih kuat ketimbang morfin. Dipakai dengan cara ditelan.
    • Ganja, cimeng, marijuana atau cannabis sativa atau cannabis incida = tumbuhan perdu liar di daerah iklim tropis. Komponen psikoaktif cannabis adalah delta-9-tetra hydrocannibol atau delta-9-THC tinggi pada pucuk tumbuhan betina yang sedang erbunga. Ganja kering adalah campuran daun (50 persen), ranting (40 persen) dan biji (10 persen)
    • Hashish = getah ganja yang dikeringkan dan dipadatkan menjadi lempengan
    • Kokain = alkaloida dari tumbuhan Erythroxylon coca di pegunungan Andes Amerika Selatan. Selama ribuan tahun dipakai orang Indian Inca untuk ritual dan penahan lapar dan letih.
  • Psikotropika = zat atau obat alamiah atau sintetis yang berkhasiat psikoaktif, melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada mental dan perilaku. (UU No 5 tahun 1997). Psikotropika mencakup:
    • Amphetamine = shabu = stimulan susunan syaraf pusat seperti kokain, kafein, dan cathine
    • Obat tidur
    • Obat penenang
    • ”Ice”= methamphetamine
    • Inhalansia = bahan kimia menimbulkan uap yang dapat mengubah perilaku (aerosol, bensin, perekat, solvent, butylnitrites/pengharum ruangan)
  • Bahan/Zat Adiktif
    • Tembakau (nikotina tabacum L) dengan kadar 1-4 persen (dalam 1 batang rokok terdapat 1,1 mg nikotin). Nikotin adalah stimulan susunan syaraf pusat.
Jika digunakan pada peruntukannya, narkoba bermanfaat. Namun jika disalahgunakan atau digunakan secara berlebihan dan secara tidak semestinya maka narkoba akan memberi dampak sangat buruk. Karenanya penyalahgunaan narkoba merupakan pelanggaran. Dampak penggunaan narkoba (Amir dan Imran, 2007) antara lain adalah
  • Fisik
    • Organ-organ dan sel-sel tubuh menhadi tergantung pada obat itu supaya bisa berfungsi normal
    • Gejala putus obat (GPO) atau ”sakaw” yaitu rasa sakit dan menderita luar biasa jika kebutuhan mengkonsumsi narkoba tidak dipenuhi
    • Organ-organ vital rusak (jantung, liver, paru, ginjal, otak)
    • Cara narkoba merusak otak
      • Narkoba jenis uppers = memacu kerja otak sehingga membuat kerusakan permanen
      • Narkoba jenis downers = memperlambat kerja otak
      • Narkoba jenis all aroundes = merubah signal yang diterima otak
  • Mental
    • Obsesif = narkoba menjadi satu-satunya yang ada dalam pikirannya
    • Kompulsif = selalu mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama
    • Retardasi mental = contoh, jika remaja menggunakan narkoba pada usia 16 tahun, maka kelak pada usia 26 tahun, meski fisiknya tambah dewasa, mental-emosionalnya masih seperti anak usia 16 tahun
  • Emosional
    • Narkoba adalah zat-zat yang mengubah mood seseorang (mood altering substance) menjadi labil
    • Narkoba jenis uppers (termasuk alkohol dan shabu) menyebabkan perilaku agresif dan perilaku kekerasan
Istilah-istilah gaul/jalanan yang sering dipakai di kalangan pecandu dan anak muda berkenaan dengan narkoba (Amir dan Imran, 2007, hal 50-52)
  • Sakaw = gejala putus obat (GP), rasa sakit dan menderita luar biasa jika kebutuhan mengkonsumsi narkoba tidak dipenuhi
  • Amp/amplop = kemasan untuk membungkus ganja
  • Basi-an = setengah sadar saat reaksi obat menurun
  • Parno = paraniod karena memakai obat
  • Relaps = kembali ke narkoba karena rindu
  • Ngecak = memisahkan barang
  • O-de = overdisis
  • PTPT = petungan untuk membeli obat
  • Papir = kertas untuk melinting ganja
  • Pasien = pembeli
  • Ngupas/nyabu = memakai shabu-shabu
  • Trigger = sugesti/ingin
  • Wakas = ketagihan
  • BT = BAD TRIP = halusinasi yang serem
  • BT / snuk = pusing/buntu
  • TU = ngutang
  • Ubas = shabu
  • Afo = aluminium foil
  • Insul/spidol = alat suntik
  • Gauw = gram
  • Setangki = setengah gram
  • Hawi/cimeng/rasta/gele = ganja
  • Inex = ekstasi
  • Snip = memakai putaw lewat hidung
  • Bokul = beli barang
  • Gitber = mabuk berat
  • Betrik = dicolong
  • BB = barang bukti
  • Jokul = jual
  • Kurus = kurang terus
  • Abes = salah tusuk urat/bengkak
  • Mupeng = muka pengen
  • Kipe/nyipet/ngecam = nyuntik, menginjeksi obat ke tubuh
  • BD = bandar narkoba
  • Junkies = pecandu narkoba
  • Bong = alat penghisap narkoba
  • PT = putaw
  • Bedak etep putih = heroin/putaw
  • Pakauw = pakai putaw
  • Pedauw/badai = teler, mabuk
  • Kartim = kertas timah
  • Bhironk = orang Nigeria / pesuruh
  • Selinting = sebatang rokok / ganja
  • Sperempi = seperempat gram
  • Giber/ginting/gonjes = mabuk, teler
  • Paket/pahe = pembelian heroin dalam jumlah terkecil
  • Amphet = amphetamin
  • Ngedarag = bakar putaw di atas timah
  • Gepang = punya putaw
  • Spirdu = sepaket berdua
  • Koncian = simpanan barang
  • Coke = kokain
  • Bokauw = bau
  • Gantung = setengah mabok
  • Boat/boti = obat
  • KW = kualitas
  • Pyur = murni
  • Teken = minum obat/pil/kapsul

                                      REMAJA & KELUARGA

ORANGTUA YANG OVERPROTEKTIF

Ketika anak beranjak menjadi dewasa (remaja), adakalanya orangtua menjadi cemas, kuatir, dan takut. Dalam beberapa kasus, orangtua menjadi overprotektif atau memperlakukan terlalu melindungi secara berlebihan kepada anak-anak remaja mereka. Sikap overprotektif itu disebabkan oleh beberapa factor yang dicatat McDowell (1996) sebagai berikut:
  • Ketakutan.
  • Pengalaman mempunai anak yang memberontak.
  • Trauma masa lalu yang dialami orangtua.
  • Perilaku menyimpang dari si anak itu sendiri.
  • Kurangnya hubungan sosial.
  • Anak tunggal, jadi terlalu disayang.
  • Kebutuhan emosional orangtua.
Akibat sikap overprotektif itu adalah
  • Remaja menjadi sangat tergantung pada orangtua.
  • Remaja menjadi manja.
  • Remaja menjadi mudah panik saat menghadapi masalah sendiri.
  • Remaja menjadi kurang menghargai diri sendiri.
  • Remaja menjadi bersikap menarik diri dari kehidupan sosial.
ORANGTUA TIDAK PERHATIAN

Di sisi lain, beberapa orangtua kurang perhatian dengan anak-anaknya. Kurangnya perhatian orangtua ini disebabkan oleh (Hurlock, 1996):
  • Kemiskinan
  • Kesibukan kerja orangtua
  • Perpecahan keluarga
  • Banyakya anak
  • Sikap mementingkan diri sendiri
  • Keterbatasan kemampuan orangtua
Akibatnya adalah sebagai berikut
  • Remaja menjadi minder
  • Remaja salah memilih teman
  • Remaja kurang bisa bergaul
  • Remaja bersikap memberontak pada orangtua
  • Remaja jatuh dalam perilaku menyimpang
PERCERAIAN ORANGTUA

Menurut laporan majalah Fortune edisi 10 Agustus 1992 sebagaimana dikutip McDowell (1996, hal 2), di Amerika Serikat ada 2.750 remaja melihat orangtua mereka bercerai SETIAP HARI. Masalah kehancuran rumah tangga dan perceraian semakin meningkat dalam kehidupan modern sekarang ini.
Menurut McDowell (1996), perceraian orangtua menyebabkan remaja menjadi:
  • Tertolak
  • Malu
  • Merasa bersalah
  • Marah
  • Takut
  • Memerlukan bantuan kusus
  • Merasa tidak aman
  • Depresi
  • Kesepian
  • Kesedihan yang amat sangat

SIKAP MEMBERONTAK

Dalam hubungannya dengan kehidupan keluarga, sering ditemui kasus remaja memberontak. Menurut McDowell (1996), pemberontakan remaja itu disebabkan oleh:
  • Kurangnya hubungan dengan orangtua
  • Usaha melakukan komunikasi dengan orangtua
  • Remaja butuh dikontrol
  • Kurangnya pengharapan
  • Ekspresi kemarahan dan perlawanan terhadap orangtua
  • Ketiadaannya model keluarga yang baik

                               MASALAH EMOSIONAL

MENINGGINYA EMOSI

Psikolog Elzabeth Hurlock (1997) mengatakan bahwa masa remaja ditandai dengan meningginya emosi. Perasaan remaja tidak stabil. Di satu sisi remaja mudah terbakar dan di sisi lain mudah terluka. Karena itu remaja mudah mengalami berbagai-bagai masalah emosional.

KESEPIAN

Beberapa remaja merasa kesepian atau kesendirian. Ia merasa tidak mempunyai siapa-siapa di tengah hiruk-pikuk kehidupan ini. Menurut Josh McDowell (1996, hal 24) ada beberapa penyebab rasa kesendirian yang terjadi pada remaja yaitu:
  • Gambar diri yang buruk. Menilai diri sendiri sebagai serba negative, buruk, jelek.
  • Kurang hangatnya hubungan-hubungan dalam keluarga.
  • Kehidupan masyarakat yang individualistis, terutama di kota-kota besar.
  • Ketakutan.
  • Adanya permusuhan dengan orang lain.
  • Ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang lain/teman.
Dalam buku Loneliness: The Search for Intimacy, Ellison sebagaimana dikutip McDowell (1996) ada beberapa penyebab terjadinya rasa kesepian/kesendirian seperti
  • Kesedihan
  • Merasa ditak dibutuhkan
  • Keterpisahan secara fisik
  • Tertolak/ditolak
  • Sakit jasmani
  • Kesibukan
  • Ditinggal mati teman/sahabat/keluarga
  • Hubungan yang retak
KECEMASAN

Kecemasan berlebihan juga sering menyerang remaja. Menurut Josh McDowell (1996) ada beberapa penyebab terjadinya rasa cemas itu:
  • Adanya ancaman dari teman atau orang lain yang memusuhi
  • Konflik
  • Ketakutan atau adanya sesuatu yang menakutkan
  • Kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi
RASA BERSALAH BERLEBIHAN

Kondisi emosi yang tidak stabil menyebabkan remaja sering merasa bersalah secara berlebihan. Menurut Josh McDowell (1996) ada beberapa penyebab rasa bersalah yaitu:
  • Perasaan rendah diri atau minder
  • Tekanan social
  • Rasa berdosa di hadapan Tuhan karena telah melakukan dosa tertentu.
KEMARAHAN

Emosi remaja sering meledak-ledak. Menurut Josh McDowell (1996) ada beberapa penyebab kemarahan remaja yaitu:
  • Frustasi
  • Dilukai
  • Diperlakukan tidak adil
  • Rasa takut
DEPRESI

Depresi sering diartikan sebagai kondisi jiwa yang diliputi kesedihan berlebihan. Namun psikolog lebih melihat  depresi sebagai gejala disorder psikoneurotik atau psikotik. Tanda-tanda depresi antara lain kesedihan, ketidakaktifan, sulit berpikir, sulit berkonsentrasi, perubahan (naik atau turunnya) nafsu makan, sulit tidur, rasa putus asa, dan terkadang rasa ingin bunuh diri.
Ahli psikiatri bernama John White sebagaimana dikutip Josh McDowell (1996) mengklasifikasi depresi (depressive illness) sebagai berikut:
  • Primary depression
    • Bipolar, kondisi mood berubah-ubah dari sedih ke senang dan sebaliknya
    • Unipolar, kondisi mood yang tidak wajar
  • Sekondary depression, merupakan gejala sakit kejiwaan oleh sebab sakit mental atau sakit jasmani
Menurut Josh McDowell (1996) ada beberapa penyebab depresi yang dialami oleh remaja yaitu:
  • Penyebab-penyebab fisik seperti sakit, kecanduan obat, menstruasi, dll
  • Adanya penolakan oleh orangtua
  • Dilecehkan
  • Pikiran negative
  • Tekanan kehidupan
  • Kemarahan
  • Rasa bersalah berlebihan.


                                     PROBLEM  PENDIDIKAN

DROP OUT

Perkembangan masalah drop out dari sekolah di Amerika Serikat (McDowell, 1996) adalah:
  • Pada 1986, sebanyak 25 persen remaja di AS drop out dari sekolah mereka
  • Pada 1992, tiap hari ada 2.200 remaja di-drop out dari sekolahnya
Penyebab drop-out di AS menurut McDowell (1996) adalah
  • Frustasi karena tuntutan sekolah
  • System pendidikan yang salah
  • Frustasi
MEMILIH JURUSAN

Dalam konteks pendidikan SMU di Indonesia, memilih dan masuk ke jurusan pendidikan sering menjadi masalah. Remaja yang masuk jurusan IPA merasa lebih hebat daripada yang masuk jurusan IPS, misalnya. Anak-anak IPS merasa minder dan tertolak.
Hal itu disebabkan karena salah pengajaran. Para guru, orangtua, dan masyarakat kurang paham soal ilmu pengetahuan sehingga berpandangan demikian. Karena itu sangat penting untuk memberi pelurusan pemahaman.
Salah satu pandangan yang harus ditanamkan adalah kebenaran tentang multi kecerdasan. Bahwa kecerdasan tidak hanya melulu misalnya pandai matematika atau berhitung. Ada banyak jenis kecerdasan. Karena itu jika seorang remaja tidak atau kurang cerdas di satu bidang, ia tidak perlu minder sebab ia mungkin memiliki kecerdasan-kecerdasan di bidang lain.
Otak yang multi dimensional mempunyai kemampuan untuk menghasilkan beragam jenis kecerdasan. Howard Gardner dalam bukunya berjudul Frames of Mind menjelaskan teori tentang multi-kecerdasan. Menurut Gardner, minimal ada 8 jenis kecerdasan (Colin Rose dan Malchom J. Nichol, 2006).
  • Kecerdasan linguistik (bahasa). Charles Dickens, Abraham Lincoln, dan Sir Winston Churchil adalah orang-orang yang cerdas dalam berbahasa.
  • Kecerdasan logis-matematis, yaitu kecerdasan dalam berpikir logis dan sistematis. Contohnya adalah Albert Einstein dan John Dewey.
  • Kecerdasan visual-spasial. Ini adalah kecerdasan untuk berpikir dengan visualisasi seperti pada seorang arsitek, seniman, pemahat, fotografer, dan perencana masa depan. Picasso, Columbus, dan Frank Lloyd adalah contoh-contohnya.
  • Kecerdasan musikal. Tidak semua orang bisa bermain musik, apalagi mencipta lagu dan menggubah komposisi musik. Kalau kita ikuti kompetisi American Idol, kita akan tahu betapa menyanyi itu sangat sulit. Kemampuan musik bukan sekedar skill, tetapi inteligensi.
  • Kecerdasan kinestetik, yaitu kemampuan menggerakkan tubuh. Para atlet, penari, pemain pantomim, dan pemain sirkus adalah orang-orang cerdas. Tidak semua orang bisa seperti Charlie Chaplin, Michael Jordan, dan Rudolf Nureyev.
  • Kecerdasan interpersonal, yaitu kecerdasan dalam melakukan hubungan dan membangun kerjasama dengan orang lain. Ini lebih dari sekedar berjiwa sosial, tetapi sebuah kecerdasan. Mahatma Gandhi, bunda Theresa, dan Oprah Winfrey adalah orang-orang yang hebat dalam bidang ini.
  • Kecerdasan intrapersonal, yaitu kecerdasan untuk menganalisa diri sendiri. Para filosof, pertapa, ahli meditasi, dan ahli jiwa mempunyai kecerdasan semacam ini. Plato, Sigmund Freud, dan Eleanor Roosevelt adalah beberapa contoh yang terkenal.
Kecerdasan naturalis, yaitu kecerdasan untuk memahami kehidupan alam. Para pendaki gunung, pecinta alam, ahli pertanian, dan ahli biologi adalah orang-orang naturalis. Charles Darwin menciptakan teori evolusi yang spektakuler, yang tak terpikirkan orang sebelumnya, karena memiliki kepekaan naturalistik.


                                               POTENSI REMAJA

KEKUATAN FISIK 

Remaja mengalami perkembangan fisik yang luar biasa. Perkembangan kerangka tubuh mencapai puncak ketika manusia berumur sekitar 18 tahun. Masa remaja juga merupakan masa pertumuhan fisik yang pesat, misalnya perkembangan kapasitas paru-paru yang menuju puncaknya. Jantung juga tumbuh sangat pesat pada masa remaja itu.
Karena itu, remaja mempunyai kekuatan fisik yang berlimpah-limpah. Hal ini merupakan potensi yang luar biasa. Dengan potensi itu, ditambah pelatihan-pelatihan psiko-motorik yang bagus, remaja dimungkinkan mencapai prestasi-prestasi dalam bidang-bidang kegiatan yang menuntut aktifitas psikomotorik seperti olahraga.

KEMAJUAN INTELEKTUALITAS

Menurut Bambang Mulyono (1986), remaja sudah mempunyai kemampuan berpikir abstrak dan komprehensif. Remaja bisa melakukan analisa mendalam sehingga ketika meghadapi masalah atau kasus mereka bisa mencari alasan-alasan, sebab-sebab, arti-arti, makna-makna, tujuan-tujuan, fungsi-fungsi, dan menarik kesimpulan-kesimpulan logis. Hal itu menunjukkan potensi besar remaja dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

SEMANGAT DAN GAIRAH

Remaja mempunyai semangat dan kegairahan yang luar biasa. Ini merupakan potensi yang sangat besar sebab menjadi daya dorong bagi mereka untuk bekerja keras dan berjuang untuk meraih prestasi-prestasi.

CITA-CITA KUAT, MESKI UTOPIS

Remaja mempunyai idealisme atau cita-cita yang sangat kuat. Meskipun cita-cita itu sering tidak realistik (Hurlock, 1997), tetaplah merupakan potensi yang luar biasa. Hal itu merupakan modal untuk bisa menjadi orang yang kreatif. Jika dibina dalam pendidikan yang matang, bisa menjadi orang yang yang inovatif dan kreatif.

PERGAULAN YANG LUAS

Pergaulan social remaja yang semakin luas juga merupakan sebuah potensi. Jika kelompok-kelompok remaja yang begitu bersemangat dan kreatif dibina dan didampingi serta diarahkan secara baik, akan menjadi kelompok-kelompok kerja yang kuat. Mereka bisa menjadi tim-tim yang solid dan berenergi.

MINAT-MINAT POSITIF

Remaja adalah masa di mana seseorang mempunyai minat-minat kreatif yang bisa tergolong positif maupun negatif (Hurlock, 1997). Sebagian dari minat-minat itu bisa menjadi sebuah potensi atau kekuatan yang bila diarahkan akan membawa remaja meraihkeberhasilan-keberhasilan. Beberapa minat positif itu adalah sebagai berikut
  • Minat pada permainan bisa menjadi positif jika diarahkan menjadi sebuah proses belajar dan proses pengembangan pergaulan yang baik. Sebagai contoh adalah proses belajar melalui kegiatan out bond yang berbasis permainan. Atau pengembangan prestasi olahraga melalui permainan yang menuntut ketrampilan psikomotorik.
  • Minat pada olahraga. Hal itu jelas positif yang jika diarahkan bukan hanya membantu perkembangan fisik remaja namun membawa remaha meraih prestasi-prestasi profesional.
  • Minat pada kegiatan bepergian (traveling). Bisa menjadi kegiatan positif bilamana dikaitkan dengan kegiatan belajar. Misalnya bepergian untuk kepentingan karya wisata, studi tour, penelitian lapangan, dsb.
  • Minat pada kegiatan hobi populer. Bisa positif jika diarahkan kepada hobi-bobi yang positif, misalnya hobi koleksi perangko, hobi olahraga, dsb.
  • Minat pada musik. Bisa positif bila diarahkan pada musik dan seni bersifat positif dan membangun kebudayaan.
  • Minat pada kegiatan membaca. Bisa sangat positif jika dikaitkan dengan proses belajar dan memperkaya diri dengan banyak ilmu dan informasi.
  • Minat pada kegiatan menonton film. Bisa positif jika dikaitkan dengan proses belajar sebab melalui pengamatan proses belajar dapat terjadi secara lebih intensif daripada hanya sekedar mendengar ceramah guru.
  • Minat pada kegiatan percakapan. Bisa positif jika dikaitkan dengan proses belajar. Misalnya kegiatan diskusi ilmiah.
  • Minat pada kegiatan menolong orang lain (kegiatan sosial). Akan menjadi maksimal jika dibina dan diorganisir, misalnya kegiatan palang merah remaja.
  • Minat pada peristiwa-peristiwa dunia. Bisa sangat positif jika dikaitkan dan diarahkan pada kegiatan belajar.
  • Minat pada kritik dan pembaruan (perubahan, inovasi, kreativitas). Bisa sangat positif bila dibina dan diarahkan untuk proses-proses yang bersifat konstruktif.
  • Minat-minat pribadi pada prestasi. Ini merupakan modal dasar bagi kesuksesan (achievement oriented).
  • Minat pribadi pada kemandirian. Ini merupakan modal dasar kesuksesan.
  • Minat pendidikan. Ini merupakan modal dasar maksimalisasi pengembangan SDM.
  • Minat pekerjaan. Akan positif jika diarahkan dalam kaitannya dengan pengembangan SDM dan perencanaan visi hidup masa depan.
  • Minat agama. Sangat positif dan menjadi peluang bagi pembinaan kerohanian sejak dini.

MINAT PADA AGAMA

Pada dasarnya remaja memiliki pikiran kritis. Menurut Wagner sebagaimana dikutip Hurlock (1997, hal 222), remaja meminati untuk mendalami agama karena kebutuhan emosional dan intelektual. Remaja tidak mau menerima agama sebagai tradisi yang kaku dan kolot. Remaja menerima agama manakala itu menyentuh jiwanya dan menyalurkan kebutuhan kritisnya.
Karena itu para pembina rohani remaja perlu memberikan pelayanan yang bersifat menjawab kebutuhan-kebutuhan emosional mereka. Misalnya memberikan solusi bagi remaja yang mengalami luka-luka batin dan kekurangan kasih sayang. Juga jangan mengajar dengan gaya menghakimi atau membodohi. Remaja yang kritis tidak tertarik dengan gaya-gaya pendekatan yang bersifat pembodohan.
Menurut Hurlock (1997, hal 222), perkembangan minat remaja pada agama adalah sebagai berikut:
  • Tahap kesadaran religius. Masa remaja memasuki tahap di mana ia secara emosional dan intelektual memahami adanya perkara-perkara rohani yang bersifat supranatural.
  • Tahap keraguan religius. Pada saat yang sama, remaja mengalami keragu-raguan akan kebenaran-kebenaran agama karena sifat-sifat kritis dan karena pesatnya perkembangan intelektualitas mereka.
Tahap rekonstruksi agama. Jika dibina dan diarahkan secara baik, remaja akan bisa membangun (merekonstruksi) imannya. Karena itu masa remaja sangat cocok untuk bertobat dan memulai kehidupan iman yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar