Di  dalam Alkitab kita dapat membaca ayat yang berbunyi “Ada keturunan yang  mengutuk ayahnya dan tidak memberkati ibunya” (Amsal 30:11). Jika hal  ini terjadi dalam kehidupan kita, maka ini bukan harapan umat manusia.  Namun kita tidak dapat menutup kemungkinan mengalami kondisi seperti  ini. Kadang hal ini terjadi karena kecerobohan dan kelalaian dari para  orangtua. Oleh sebab itu ayat yang kita baca sebagai peringatan supaya  jauh-jauh hari sebelumnya kita harus menjaga dan memelihara kualitas  sebagai orangtua yang bertanggung jawab. Kali ini kembali akan kita  fokus pada posisi seorang ibu.
Tidak gampang menjadi seorang  ibu yang penuh tangung jawab, sebab seluruh tanggung jawabnya ada di  pundaknya. Apa yang bisa kita pelajari dari seorang ibu yang bijaksana?  Ibu itu memiliki multifungsi dalam keluarga? Kadang mereka yang sudah  sibuk bekerja seharian di kantor sesudah pulang ke rumah masih dibebani  dengan urusan rumah tangga, oleh sebab itu beban seorang ibu cukup  berat. Oleh sebab itu para ayah sudah semestinya menghargai apa yang  dilakukan oleh seorang ibu, bila perlu membantunya meyelesaikan segala  tugas-tugas rumah yang tidak pernah kunjung habis itu. Ibu yang  bijaksana itu seperti apa semestinya?
1. Ibu itu seperti seorang Guru
Ternyata  bukan hanya mengandung selama sembilan bulan, lalu melahirkan maka  selesai tugas seorang ibu. Tetapi seorang ibu juga harus menjadi guru  yang baik bagi anak-anaknya. Boleh dikatakan guru yang pertama di dunia  bagi seorang anak adalah ibunya. Sang ibu harus mengajarkan mana yang  baik dan buruk, hal itu dilakukan setiap hari. (lihat Ulangan 6:4-7)  “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!  Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap  jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu  pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya  berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau  duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau  berbaring dan apabila engkau bangun.“
Kesalahpahaman yang  terjadi selama ini adalah, para ibu dalam hal ini orangtua berpikir  bahwa tugas mengajar seorang anak adalah para guru di sekolah. Padahal  di sekolah hanya diajarkan pengetahuan dan waktunya juga terbatas selama  jam sekolah. Selebihnya adalah tugas orangtua, dalam hal ini peran  seorang ibu tidak kalah pentingnya.
2. Ibu itu seperti seorang Suster
Kita  tidak dapat menyangkalnya, perhatian seorang ibu telah melebihi seorang  suster. Ia begitu memperhatikan akan kebutuhan dan kondisi anaknya,  bahkan perasaan dan karakter anak-anaknya pun sudah dihafal. Seorang ibu  yang baik tidak pernah membuat anak-anaknya kelaparan dan kekurangan,  bahkan sering kali makanannya sendiri diberikan kepada anak-anaknya.  Tidak jarang pula kita melihat seorang ibu makan makanan sisa dari  anak-anaknya. 
Ibu yang baik bukan hanya merawat  anak-anaknya tetapi ia juga memikirkan masa depan anak itu. Contohnya  Musa, sewaktu ia lahir, kondisinya tidak menguntungkan. Raja memberikan  perintah agar membunuh anak-anak Israel yang baru lahir. Namun ibu Musa  nekad menyimpan anaknya, padahal resikonya besar sekali. Pada saat bayi  tersebut mulai besar, dan sang ibu merasa tidak sanggup lagi  menyembunyikannya, tetap saja ia tidak putus asa, dan selalu merancang  cara untuk menyelamatkan bayinya. Itu sebabnya maka Musa dimasukkan ke  dalam sebuah keranjang dan dialirkan ke sungai Nil yang akhirnya  diketemukan oleh puteri Firaun. Keluaran 2:8-9 mencatat "Sahut puteri  Firaun kepadanya: 'Baiklah.' Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi  itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: 'Bawalah bayi ini dan  susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.' Kemudian  perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya." 
Bagaimana  dengan para ibu jaman sekarang? Sering kita temui bahwa ibu jaman  sekarang bukan lagi menganggap anaknya sebagai tanggung jawab yang Tuhan  percayakan kepadanya. Banyak ibu muda yang telah melahirkan namun tidak  ingin menyusui anaknya. Tugas dan tanggung jawab lain diserahkan kepada  para pengasuh yang sesungguhya para pembantu rumah tangga yang hanya  memakai seragam putih. Mereka tanpa berpikir panjang rela kalau  anak-anaknya dididik oleh mereka. Para ibu dan lengkapnya orangtua juga  perlu hati-hati, jangan menempatkan anak-anak kita sebagai “investasi”.  Bila rajin, cantik, pandai maka diharapkan agar masa tuanya lebih aman  dan terjamin.
Konon suatu hari seorang anak melihat  tetangganya baru membeli mobil mewah, maka ia pun meminta kepada ayahnya  untuk membeli mobil yang sama. Sang ayah berkata, “jangan minta yang  macam-macam, kita ini orang miskin; makanya kamu harus rajin sekolah  supaya menjadi orang kaya” Lalu sang anak menjawab dengan sebuah  pertanyaan “Emangnya dulu ayah tidak pernah sekolah?” Lalu ayahnya  menjawab singkat “Ada” Kemudian sang anak melanjutkan lagi: “Kenapa ayah  dahulu tidak rajin-rajin sekolah supaya bisa beli mobil seperti  tetangga kita?” Orangtua sering kali salah kaprah, mereka berpikir  anak-anak adalah “modal” mereka di hari tua. Ibu yang benar justru  merawat anaknya tanpa pamrih. 1 Tesalonika 2:7 “Tetapi kami berlaku  ramah di antara kamu, sama seperti seorang mengasuh dan merawat  anak-anaknya”
3. Ibu itu seperti seorang Konselor 
Tidak  jarang kita menemukan seorang anak kecil menjerit "Mama" ketimbang  “Papa”. Hal ini membuktikan bahwa anak itu lebih gampang berkomunikasi  dengan Mama. Sebagai seorang Konselor seorang ibu biasanya penuh bijak  dalam memberikan pengarahan dan nasihat. Kesensitifan seorang ibu  merupakan ciri khasnya sehingga ia dapat mengetahui masalah yang  dipergumulkan sang anak. Salah seorang tokoh ibu dalam Alkitab yang  dapat kita baca terdapat di dalam kitab Hakim-hakim 14:3 Tetapi ayahnya  dan ibunya berkata kepadanya: "Tidak adakah di antara anak-anak  perempuan sanak saudaramu atau di antara seluruh bangsa kita seorang  perempuan, sehingga engkau pergi mengambil isteri dari orang Filistin,  orang-orang yang tidak bersunat itu?" Tetapi jawab Simson kepada  ayahnya: "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai." Simson tidak  mengindahkan kesensitifan ibunya, sehingga ia mengabaikan nasihatnya,  akibatnya cukup fatal. 
Contoh lain Maria ibu Yesus. Pada  saat mereka menghadiri pesta nikah di Kana, kebetulan waktu itu anggur  yang dihidangkan itru habis. Maria ibu Yesus mengetahui apa yang harus  diperbuat oleh anaknya. Itu sebabnya maka ia meminta Yesus melakukan  sesuatu, maka terjadilah mujizat air menjadi anggur.
Kata-kata  dalam sebuah lagu anak-anak tatkala saya masih kecil di Indonesia yang  berjudul Kasih Ibu sangat bagus sekali. “Kasih ibu kepada beta, tak  terhingga sepenjang masa. Hanya memberi dan tak harap kembali. Bagai  sang Surya menyinari dunia” Benar kasih seorang ibu yang penuh hikmat  dan bijaksana itu tanpa berharap balasan, ia hanya memberi seperti apa  yang dikerjakan Tuhan Yesus dalam hidup kita. Ia bahkan memberikan  nyawa-Nya demi menyelamatkan kita.
4. Ibu itu seperti seorang Teman
Amsal  17:17 “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang  saudara dalam kesukaran” Sering terjadi di dalam kehidupan manusia,  sahabat yang banyak itu tergantung pada seberapa sukses dan berhasilnya  kita. Tidak jarang terjadi tatkala kita bermasalah dengan keuangan kita,  maka sahabatpun kabur. Ada banyak pengalaman yang terjadi, tatkala kita  membutuhkan uang, sahabat itu yang tadinya baik pada hilang semua.  Perhatikanlah seorang ibu yang bijaksana tidak demikain, ia merupakan  teman yang sejati pada waktu kita susah dan senang. Bahkan merupakan  suatu kesedihan tersendiri jika seorang ibu mengetahui masalah anaknya  yang belum tuntas. 
Kemarin saya sempat berbicara dengan  seorang ibu yang kebetulan anaknya baru menikah Kamis lalu. Ibu tersebut  merasa senang sekali, sebab anaknya sudah memiliki pendamping. Ia  berkata, sekarang kami sudah bebas, kekuatiran kami juga sudah habis,  anak kami sudah menikah. Ibu yang sebagai teman yang sejati ini sangat  berat hati bila anaknya yang sebagai temannya itu masih bergumul dengan  persoalan hidup.
5. Ibu itu seperti Karakter Yesus Kristus
Pengorbanan  seorang ibu sangat jelas sekali, hal ini dimulai pada saat ia rela  menghadapi bahaya maut pada saat melahirkan sang anak. Tidak hanya itu,  ia rela mengorbankan kemolekannya demi menyusui sang anak. Tatkala  Salomo menjadi raja, ia telah memperagakan hikmatnya untuk membuktikan  seorang ibu yang asli yang pada saat itu sedang berjuang mempertahankan  anaknya. Ceritanya begini: “Dua orang ibu yang sama-sama melahirkan  bayi, namun karena salah seorang ibunya lasak tidurnya, maka tatkala  malam hari ia tidur ternyata ia menindih anaknya dan meninggal dunia.  Tatkala diketahui bahwa bayinya sudah meninggal, maka ia menukarnya  dengan bayi lain. Singkat cerita, Salomo harus mengadili kasus ini.  Salomo diberikan hikmat, bahwa ibu yang sesungguhnya adalah ibu yang  rela berkorban demi anaknya, inilah karakter Tuhan Yesus.” 2 Timotius  1:5 mencatat ‘Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas yaitu  iman yang pertama-tama di dalam nenekmu Louis dan di dalam ibumu Eunike  dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu”
Berbahagialah  kalau suatu hari anak-anak anda memuji anda sebagai ibu yang baik,  bijak dan penuh kasih. Sebab melalui itu kita dapat menilai bahwa anda  adalah seorang ibu yang benar-benar telah mempraktekkan multifungsi anda  sebagai seorang ibu yang sejati. Sekali lagi tidak mudah, tetapi anda  pasti bisa.
Bacaan Firman TUHAN: Amsal 30:11, Roma 16:13
  


 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar