Sekarung Paku ( ♥♥♥...Wonderful Stories...♥♥♥ )
Pada  suatu ketika, hidup seorang anak  yang sangat pemarah. Hal-hal sepele  bisa menjadikannya naik pitam. Tapi  beruntung bagi anak itu, ia  memiliki seorang bapak yang sangat  bijaksana.
Suatu hari,  sang bapak memberikan anak  itu sekarung paku. Bapak itu meminta agar  anaknya melampiaskan  kemarahannya dengan memakukan 1 paku ke tembok  belakang rumah. Satu paku  untuk setiap satu kali marah.
Hari  pertama pun dilalui. Hari ini anak  itu marah sebanyak 35 kali, maka  sebagai konsekwensinya, anak itu harus  memasang 35 paku pula di tembok  belakang rumah.
Hari demi hari pun berlalu, dan  tampaknya  terapi ini mulai berjalan lancar. Setiap hari, jumlah paku  yang  ditanamkan ke tembok itu makin berkurang, dari 35 menjadi 30,  menjadi  23 dan seterusnya. Bahkan setelah menginjak hari ke seratus,  anak itu  sudah sama sekali tidak menanamkan paku ke tembok. Dengan  gembira anak  itu mengabarkan kepada bapaknya, bahwa sekarang ia lebih  dewasa dan  dapat mengendalikan emosinya.
Sang bapak langsung memeluk  anak itu,  dan mengucapkan selamat kepadanya. “Masih ada satu tahap  lagi, nak” kata  bapak itu. “Mulai sekarang, cabutlah 1 paku dari tembok  setiap saat  kamu dapat bersabar dan memaafkan orang yang membuatmu  marah..”
Anak itu pun segera menuruti perintah  bapaknya.  Setiap kali ia dapat bersabar dan memaafkan kesalahan orang,  ia  mencabut satu paku dari tembok. Hari demi hari pun berlalu, hingga  tiba  saat dimana ratusan paku di tembok tersebut telah habis dicabut.
Anak  itu pun kembali pada bapaknya, dan  melaporkan keberhasilannya  tersebut. “Kamu telah berhasil nak.. kamu  telah menjadi seorang anak  yang luar biasa.” Bapak itu melanjutkan,  “Tetapi coba amati sekali lagi  tembok itu”.
Sambil mengelus lubang-lubang bekas paku  di  tembok, bapak itu kembali melanjutkan kata-katanya. “Lihatlah tembok   ini, sekalipun kamu sudah mencabut seluruh paku yang ada, tetapi tembok   tidak dapat kembali utuh lagi seperti sedia kala, banyak sekali lubang   menganga dan retakan di tembok ini.” Bapak itu kemudian melanjutkan,   “Setiap kamu melukai orang lain.. selamanya kamu tidak akan dapat   menghapuskan luka itu.. sekalipun kamu sudah meminta maaf dan mencabut   semua kemarahan dari orang-orang sekitarmu.”
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar